Bisnishotel, BANDUNG – Gabriel Aries Setiadi adalah seniman Bandung yang konsisten berkarya di ranah trimatra, selain pengajar seni rupa di kampus ISBI Bandung. Seniman Bandung lulusan FSRD-ITB ini dikenal dengan karya-karya trimatra yang secara konsisten menggunakan material dari alam, yaitu batu.
Tepat pada tanggal 22 Juni 2024, Gabriel Aries Setiadi menggelar pameran tunggalnya di Lawangwangi Creative Space bertajuk “Poetical Urgency“.
Menurut Gabriel Aries Setiadi sebelum pandemi Covid-19 ia telah memulai menggunakan material logam, dan material industrial seperti fiberglass, dan lainnya untuk menuangkan ekspresinya dalam membuat karya seni abstrak formalis.
“Dengan material tersebut dapat menjadi penanda penting bahwa assembly material batu, logam dan fiberglass yang tidak lagi bersifat metaphor atau naratif. Bentuk, struktur dan konstruksi karya yang cenderung arsitektural memberikan petualangan dan sudut pandang apresiasi perupaan yang lebih luas dan egaliter,” ujar Gabriel saat ditemui Bisnis di Lawangwangi Creative Space.
Sementara menurut, Rizki A.Zaelani selaku kurator pameran menjelaskan karya-karya trimatra dari Gabriel Aries Setiadi terlihat mengupayakan sebuah cipta hubungan material yang bersifat natural (logam dan batu) dengan yang kultural (resin) yang dihasilkan dari proses produksi industrial yang sudah menjadi laku keseharian di studionya.
“Gabriel membuat komposisi apik pada bentuk-bentuk yang akrab sekaligus yang tidak dikenali dan hasil-hasil bentukan yang justru ‘berjarak’ dengan ingatan publik tentang material itu yang biasanya ditemukan sebagai barang-barang tertentu dalam pengalaman keseharian,” jelas Rizki.
“Dalam patung-patung abstrak itu kita bisa menemukan ‘logika keterkaitan bentuk,’ yang disebut Gabriel sebagai ‘bentuk-bentuk kuncian’ (joined forms). Bagi Gabriel, ihwal sensasi dan komposisi tataran estetik lah yang membungkus seluruh urgensi tindakan penciptaan yang dilakukan akhir-akhir ini. Inilah yang dimaksud dengan ‘urgensi puitik’, atau urgensi
tindakan menyatakan; seperti apa yang disebut Deuleuze-Guattari, afek (affect) dan persep (percept) menjadi wujud keberadaan yang bersifat puitik (poetical beings),” lanjutnya.
Pameran tunggal ini terbuka untuk umum mulai tanggal 23 Juni hingga 29 Juli 2024 di Lawangwangi Creative Space yang berada di Jalan Dago Giri No.99a, Dago Atas, Kab. Bandung Barat mulai pukul 10.00 – 21.00 WIB.
Pembukaan pameran tunggal ini gelar oleh ArtSociates dan diresmikan oleh salah satu kolektor seni pemilik Temurun Museum yakni Iwan Kurniawan, serta dihadiri oleh para stake-holder seni rupa Indonesia.