Bisnis Indonesia, BANDUNG – Pameran seni rupa kontemporer bertajuk “By Hand: In The Fringe Exhibition” digelar secara perdana di Galeri Seni Hybridium, Lawangwangi Creative Space, Lembang, Bandung.
Kegiatan yang dikuratori oleh Asmudjo J. Irianto melibatkan 28 orang seniman emerging artist hingga seniman yang sudah dikenal di pasar seni rupa diantaranya, Beatrix H. Kaswara, Chandra Rosselinni, Deni Rahman, Diyanto, Dzikra Afifah, Eldwin Pradipta, Etza Meisyara, Fefia Suh, Handy Saputra, Henryette Louise, I Kadek Septa Adi, Jim Allen Abel, M. Akbar, Maharani Mancanagara, Meliantha Muliawan, Mujahidin Nurrahman, Natas Setiabudhi, Nesar Eesar, Nyoman Wijaya, RE. Hartanto, Rendy Raka Pramudya, Restu Taufik Akbar, Rizki Lazuardi, Shafa Inayah, Tisa Granicia, Tromarama, Wildan Indra Sugara dan Yogie Ahmad Ginanjar.
“Hybridium sebagai sebuah galeri alternatif untuk seniman-seniman yang recognize dengan karya multiple/edisi, harga jual lebih murah. Hybridium bisa mengakomodasi karya seniman arus bawah, seniman arus tengah yang sulit masuk ke galeri-galeri besar. Hybridium juga bisa mengakomodasi karya-karya contemporary craft yang cenderung lebih representasi personal dari pada fungsional,” ujar Asmudjo saat ditemui Bisnis di Lawangwangi Creative Space, Jumat (23/2/2024).
Menurutnya catatan kuratorialnya tentang bagaimana pengaruh medium specificity dalam seni rupa modern Barat tetap memberikan inspirasi dalam seni rupa kontemporer. Perkembangan teknologi digital turut mendorong lahirnya new media art, seperti seni video, seni internet, dan seni digital dalam berbagai bentuknya.
“Dalam konteks seni rupa kontemporer di Indonesia, Hybridium membawakan kembali peran seni minor atau craft. Meskipun di Barat, karya-karya seperti seni cetak grafis, objek dari berbagai material, dan karya on-paper pernah dianggap sebagai seni minor, di Indonesia, seniman non-lukis dengan medium tersebut dapat dengan mudah hadir di arus utama seni rupa kontemporer,” tambahnya.
Sementara itu, Andonowati selaku Direktur ArtSociates menjelaskan bahwa galeri seni Lawangwangi Creative Space dan Hybridium memiliki segmentasi pasar yang berbeda.
“Lawangwangi Creative Space menyasar segmen para seniman yang sudah mapan atau sudah melegenda dalam dunia seni, sedangkan untuk Hybridium menyasar para seniman muda yang menyajikan karya seni grafis, karya seni vide0 atau karya digital (edisi terbatas); karya trimatra seperti objek instalasi, keramik, tapestri, patung figurin dan benda seni dengan scale/ukuran yang lebih kecil dengan material logam, kayu, kertas, serat, dan lainnya,” jelas Andonowati.
Andonowati berharap kedepannya galeri pameran seni ini dapat berkembang dan memiliki ekspansi yang luas.
“Ini memang pertama kalinya ada pameran seni di galeri Hybridium, saya ingin kedepannya dapat membuat galeri seni berkonsep outdoor,” harapnya.
Sebagai informasi Pameran “By Hand: In The Fringe Exhibition” ini terbuka untuk umum mulai tanggal 23 Februari – 23 Maret 2024.