ArtSociates Gelar Pameran Lukisan Foto Realis Guntur Timur dan Mariam Sofrina

Pengunjung sedang mengamati lukisan karya Mariam Sofrina di Lawangwangi Creative Space, Bandung, Sabtu (19/4/2025) – Bisnis

Bisnishotel.id, BANDUNG – ArtSociates kembali menampilkan pameran lukisan fotorealis dari dua seniman muda yakni Guntur Timur dan Mariam Sofrina. Pameran ini akan berlangsung mulai tanggal 18 April – 16 Mei 2025.

Bertajuk “On Slowness: Painting Displacement” dan dikuratori oleh Asmudjo J. Irianto, pameran ini berhasil memperindah galeri Lawangwangi Creative Space yang berada di Jalan Dago Giri No.99, Mekarwangi, Kec. Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

Dengan ketekunan, akurasi dan praktik seni lukis dari para seniman yang membutuhkan proses dan waktu yang lama, mereka akhirnya dapat memamerkan 20 hasil karyanya Lawangwangi Creative Space.

Direktur ArtSociates Andonowati mengatakan bahwa pameran tersebut membuat dirinya bernostaligia dengan masalalunya yang penuh kenangan bersama Guntur Timur dan Mariam Sofrina.

“Pameran ini bagi saya penuh nostalgia karena saya sudah mengenal Guntur Timur dan Mariam Sofrina sejak awal ArtSociates dibangun. Namun baru kali ini pameran duo seniman ini bisa dilaksanakan dengan penataan karya seperti di museum seni rupa setelah penantian bertahun-tahun karena proses mereka berkarya paling lama,” ujar Andonowati, Direktur ArtSociates, di Lawangwangi Creative Space, Bandung, Jumat (18/4/2025) petang.

Beragam lukisan tersebut diakui dapat mengajak pecinta seni untuk masuk ke ruang jeda dari mobilitas digital dalam hiruk pikuk keseharian manusia kontemporer dan modern.

“Para seniman mengajak kita ke ruang jeda yang memberi peluang rasa intim daripada kilatan informasi virtual melalui gawai-gawai elektronik. Rasa intim pada lukisan foto-realis selanjutnya membaca kode-kode visual yang dibangun oleh lapisan-lapisan warna dan gradasinya serta tonal value hitam-putih pada objek-objek lukis di mana seniman menemukan tantangan mengolah gagasan artistik dalam membaca realitas sesuai sudut pandangnya terhadap lukisan foto-realis,” ungkap Andonowati.

Pengunjung sedang mengabadikan momen bersama lukisan karya Guntur Timur di Lawangwangi Creative Space, Sabtu (19/4/2025) – Bisnis

Guntur Timur menyajikan 11 lukisan foto-realis dengan tonal hitam-putih dengan objek-objek ‘ruang private’ yang jadi titik pengalaman personal seniman yang ditemuinya dalam jangkauan public territory di dataran Tiongkok, Pakistan dan Bandung Timur.

“Lukisan saya memang mencerap banyak persoalan politik, ekonomi, budaya dan banyak peristiwa lainnya yang menurut saya seperti negasi hitam dan putih; salah-benar dan lainnya. Lalu saya menemukan abu-abu yg dianggap netral, tetapi justru mendorong saya untuk mengeksplorasi ketegangan yang ada pada abu-abu itu dalam lukisan saya pada bidang objek yang di belakang (background) dan permukaan paling dekat (foreground),” kata Guntur Timur saat ditemui di Lawangwangi Creative Space.

Sedangkan 9 lukisan foto-realis karya Mariam Sofrina menyajikan keutuhan lanskap kota di Austria dan Jerman yang dikoleksinya menjadi pengalaman personal dengan warna, kedalaman serta tektur objek-objek yang dilukisanya.

“Pameran duet saya dengan Guntur Timur di Lawangwangi Creative Space merupakan fase penting dalam karya saya yang banyak mengekplor alam bawah sadar saya terhadap lanskap yang dilukis apa adanya. Dan saya memang terobsesi pada persoalan teknik melukis realis pada era lukisan klasik. Detail yang sangat kecil itu bagaimana caranya dilukis dengan teknik yang paripurna,” tutur Mariam Sofrina di Lawangwangi Creative Space.

Sementara menurut sang kurator seni Asmudjo J. Irianto mencatat dalam kuratorial pameran bahwa, setelah keterampilan mimesis hilang terkubur dalam abad pertengahan di Eropa, muncul kembali di era Renaisans. Kelahiran kembali era Klasik (Yunani), mendorong pergeseran besar dari Teosentrisme ke Antroposentrisme, melahirkan rasionalisme dan humanisme. Itu sebabnya metode realis dalam seni lukis menjadi penting.

“Lukisan-lukisan mereka bukan representasi, melainkan ruang refleksi dan resistansi; tubuh sang pelukis menandai setiap lapisan cat sebagai jejak waktu dan intensi. Pameran ini mengajak kita merenungi bagaimana kelambanan dan perhatian terhadap detail bisa menjadi perlawanan lembut terhadap disorientasi visual zaman digital—membangkitkan kembali afek, pengalaman inderawi, dan keterlibatan mendalam dengan dunia,” jelas Asmudjo.

Salah satu pengunjung Lawangwangi Creative Space Aron Ananda (20) mengatakan bahwa dirinya senang melihat lukisan dan sengaja datang untuk melihat dan menikmati lukisan karya Guntur Timur dan Mariam Sofrina secara langsung.

“Menurut saya karya lukisan Guntur dan Mariam sangat bagus masing-masing memiliki gestur dan detail objek lukisan yang sangat tegas, rapih, dan jelas,” katanya saat di wawancara Bisnis, Minggu (20/4/2025).

Related posts