Bisnishotel.com, BANDUNG – Jadul Village Resort and Spa merupakan salah satu hotel dengan atmosfer Jawa tempo dulu.
Salah satu keunikan hotel yang berlokasi di Cihideung, Lembang ini adalah bangunannya yang 99% menggunakan kayu jati tua.
General Manager Jadul Village Resort and Spa Andi Sinaga mengisahkan proyek ini bermula dari hobi pemilik, Linda Chaisya, yaitu mengoleksi barang-barang antik. Perburuan kayu jati tua di berbagai pelosok Jawa dan Bali dia lakukan selama bertahun-tahun demi membuat kreasi impiannya.
“Dia seorang business woman muda asal Medan yang gemar mengoleksi barang-barang jadul. Berburu kayu jati tua memang tidak gampang karena sampai masuk hutan. Perburuan jati tua dilakukannya di sekitar Semarang, Yogyakarta dan Bali,” katanya.
Andi menambahkan jati-jati tua dapat digolongkan sebagai benda bersejarah warisan budaya bangsa. Oleh karena itu, pengambilan jati-jati tua dilakukan secara ketat atas izin pemerintah daerah.
Pembangunan Jadul Village Resort and Spa sama sekali tak mengubah kontur bangunan asli yang diambil. Artinya, pihak hotel hanya membongkar, memindahkan dan menyusunnya lagi dari tempat asal kayu jati menjadi bangunan Jadul Village Resort and Spa.
“Agar lebih menarik, tentu ada polesan-polesan seperti lampu dan berbagai ornamen pendukung,” ujar Andi.
Jadul Village Resort and Spa terdiri dari empat bangunan utama, yaitu restoran, bungalow, vila dan spa. Total jumlah bungalow dan vila di tempat ini mencapai 27 unit yang terdiri dari 5 unit bungalow (Teratai), 12 unit vila kecil (Villa Gebyok, 6 unit vila menengah (Joglo), 3 unit vila ukuran besar (Limasan) serta 1 unit spa.
Restoran utama Jadul Village terdapat di atas bukit dan dibangun menggunakan kayu jati tua. Arsitekturnya menggabungkan ornamen budaya Jawa dan Tionghoa sehingga disebut Rumah China Jawa.
Lebih lanjut, Andi optimistis Jadul Village akan mendorong datangnya para wisatawan. Untuk harga rata-rata per malam, Jadul Village menawarkan rate terendah sekitar Rp1.000.000 per vila (tipe Teratai).
“Kami membidik segmen wisatawan kelas menengah atas karena masyarakat golongan ini menyukai keunikan, ketenangan, dan pelayanan prima,” katanya. (ija)
Fotografer