Bisnishotel, BANDUNG – Jika dibandingkan dengan industri lain, sektor manufaktur dan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) masih jauh tertinggal dalam mendorong industri yang Go-digital, industri manufaktur dan sub sektor industri TPT masih banyak yang menjalankan bisnisnya dengan cara yang konvensional.
Digitalisasi yang sudah merambah ke semua lini bisnis sudah saatnya memaksa industri manufaktur dan tekstil untuk merubah mindset yang sudah ada dan menjadi bagian dari perkembangan teknologi, bukan hanya melihat perkembangan penerapan teknologi di industri lainnya.
Digitalalisasi industri tekstil tidak bisa ditolak layaknya arus digitalisasi di sektor lainnya. Terlebih Ketua Asosiasi Produsen Serat Sintetis dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) menyebut pasar tekstil tanah air tengah mengalami krisis akibat serbuat barang impor. Pemain terbesar di industri hulu adalah China dan India, sedangkan pemain besar di industri hilir adalah Vietnam dan Bangladesh, yang menyebabkan industri tekstil Indonesia dari hulu hingga ke hilir dikuasai oleh asing.
Poolapack hadir untuk memecahkan permasalahan digitalisasi di industri tekstil ini. Poolapack mendigitalisasikan para pabrik-pabrik tekstil yang bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi end user untuk mendapatkan barang langsung dari pabrik dan harga pabrik. Poolapack menghilangkan peran middle man/intermediaries dalam mendapatkan suatu produk tekstil. Ini akan bermuara pada end user yang akan kegencet dan mendapatkan harga barang tekstil yang relatif lebih tinggi atau mahal dan susah untuk berkembang.
Digitalisasi yang dilakukan oleh Poolapack adalah menyeluruh dari hulu hingga ke hilir. Hal ini tentu tidak bisa dilakukan oleh B2C maupun B2B marketplace existing yang mana hanya bisa mengakomodir hilirnya saja, sementara hulu nya belum tersentuh. Poolapack juga menerapkan ekosistem group buying atau pembelian kelompok, hal ini bertujuan untuk mengakomodir semua skala pembelian dari tingkat individu, UMKM, hingga level usaha besar, group buying ini adalah untuk menjawab kondisi sosial demografis indonesia yang mana harga yang murah hanya bisa didapatkan dengan barang yang besar.
Digitalisasi ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dengan inovasi baru dan model bisnis yang berubah. Hal ini juga sejalan dengan apa yang disampaikan Christian Schindler, Director General The International Textile Manufactures yang menyebut bahwa Indonesia merupakan negara dengan ratai pasokan tekstil terpadu dari pemintalan hingga garmen.
Kedepannya Poolapack tidak hanya melakukan digitalisasi di industri tekstil semata, akan tetapi juga sektor-sektor industri lain yang belum tersentuh digitalisasi seperti industri logam dan alumunium, biji plastik, dan industri-industri lain. Diharapkan nantinya dengan digitalisasi menyeluruh yang dibawa oleh Poolapack mampu membawa dampak baik bagi perekonomian Indonesia yang tidak hanya berpusat pada Jawa dan Sumatera, akan tetapi bergeser ke Indonesia Sentris sesuai dengan misi Indonesia untuk menjadi ekonomi terbesar keempat dunia di tahun 2045. Poolapack juga akan meluncurkan versi keduanya dalam waktu dekat ini.