
Bisnishotel.id, BANDUNG – Bisnis Indonesia Perwakilan Jawa Barat bekerja sama dengan The Luxton Bandung menggelar acara bertajuk “Coffeenomics” di Skybar, Lantai 7 The Luxton Bandung.
Bertemakan ‘Menakar Ekspor Jabar: Daya Tahan Sektor Andalan dan Masa Depan Sektor Anyar’ acara ini menjadi wadah diskusi strategis mengenai perkembangan dan masa depan ekspor dari setiap UMKM yang ada di Jabar.
Director of Sales Marketing The Luxton Bandung Sapta Hadi Wahyuni mengatakan bahwa kolaborasi ini dapat membuka peluang untuk mendukung perekonomian nasional di tengah perang tarif impor dan efisiensi anggaran yang dilakukan oleh pemerintah.
“Kami menyadari sepenuhnya dinamika perekonomian di Indonesia saat ini, di mana efisiensi menjadi prioritas utama dan turut memberikan pengaruh pada industri perhotelan, termasuk The Luxton Bandung. Namun, di tengah tantangan ini, kami di The Luxton Bandung tetap meneguhkan optimisme yang tinggi. Kami melihat kesempatan untuk mendukung acara Bisnis Indonesia Perwakilan Jabar ini sebagai sebuah peluang strategis yang sangat berharga,” ujarnya saat ditemui Bisnis, Jumat (2/5/2025).
Kegiatan yang menghadirkan audiens mulai dari pemerintahan, perusahaan, akademisi, hingga pelaku usaha UMKM menjadikan acara ini sangat penting dan berwawasan luas.
Menurut Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat Muslimin Anwar menjelaskan meski pertumbuhan ekonomi makro meleset dari prakiraan. Namun menurutnya masih cukup kuat.
“Demikian juga di Jawa Barat, kami juga merasa bahwa tetap kuat. Namun tidak sekuat sebelumnya. Kami masih yakin ada di 4,5-5,3%. Kami sudah melakukan beberapa analisis, baik dampak ekstrem. Apabila elastisitasnya mencapai atau seluruh 32% resiprokal itu diterapkan maupun di moderat apabila efektifnya 22%,” katanya dalam Coffeenomics Discussion Menuju 4 Dekade Bisnis Indonesia bertajuk Menakar Ekspor Jabar, Daya Tahan Sektor Andalan & Masa Depan Sektor Anyar di Tengah Perang Tarif Global di The Luxton, Kota Bandung, pekan lalu.
Bank Indonesia juga yakin diplomasi dagang yang tengah dilakukan Pemerintah RI bisa menghasilkan kebijakan yang positif.
“Kami yakin negosiasi pemerintah pusat dengan dukungan pemerintah daerah, itu akan berhasil mempertahankan stabilitas makro ekonomi dalam hal ini inflasi yang dijaga dalam rentang sasaran 2,5 +/- 1% di Jabar,” tuturnya.
Pihaknya juga mengusulkan pelaku eksportir melakukan diversifikasi negara tujuan ekspor selain Amerika Serikat.
“Namun tentunya selektif kepada negara yang sudah mempunyai hubungan, misalnya perbankan dengan kita. Seperti di Eropa, kita bisa melakukan IA-CEPA [Indonesia-Australia-Comprehensive Economic Partnership Agreement]. Australia, Tiongkok, India tentunya Asean,” ucapnya.
Sementara menurut Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Barat Nining Yuliastiani mengatakan dari sejumlah langkah proaktif yang dilakukan Pemprov Jabar dan pelaku usaha dalam pemetaan terkait potensi dampak kebijakan resiprokal, didapati bahwa sudah ada skema yang harus dilakukan.
Baik penerapan penuh resiprokal sebesar 32%, maupun yang sudah terjadi sekarang dengan angka 10%.
“Disitu kami melakukan upaya tertentu. Kemudian kami berusaha melakukan identifikasi produk, identifikasi negara tujuan yang selama ini sudah terjadi di Jawa Barat,” ujar Nining.
Hasilnya, diversifikasi negara tujuan ekspor menjadi peluang yang sangat memungkinkan dilakukan oleh industri asal Jabar.
“Bagaimana mereka bisa beradaptasi terhadap perkembangan terbaru ini, untuk nanti diversifikasi negara tujuan ekspor atau mengisi peluang pasar domestik dan antar pulau, karena peluangnya besar untuk produk Jawa Barat,” ucapnya.
Pemprov Jabar juga akan melakukan fasilitasi dengan pendampingan, meningkatkan sertifikasi produk supaya diterima global, juga bagaimana pelaku usaha bisa mengakses pembiayaan lebih mudah.
“Nanti akan lakukan komunikasi intens dan tidak kalah penting, melakukan promosi bersama-sama sesuai kebutuhan yang ada. Pada prinsipnya kami tetap optimis, dengan kondisi kayak gini kita malah bisa lebih berinovasi untuk mencari peluang baru. Apalagi Jawa Barat ini punya potensi yang sangat besar. Belum tereksplor dengan baik karena hilirisasi kita belum optimal,” paparnya.